MFR's blog

Just another Telecommunication Student Blog Site

Melihat Jenis Polarisasi Sirkuler (LHCP atau RHCP) dengan Simulator CST MWS

Ada dua cara dalam simulasi untuk mengetahui apakah antena yang didesain berpolarisai Right Hand Circular Polarized (RHCP) atau Left Hand Circular Polarized (LHCP).

Cara pertama adalah dengan melihat pergerakan arus permukaan.
1. Simulasikan dahulu desain antena Anda
2. Setelah simulasi selesai, masuk ke navigation tree dan pilih 2D/3D Result
3. Lalu klik kanan dan pilih Plot properties. Disitu bisa diatur dari mulai density arus yang ditampilkan, bentuk tampilan, fasa, dls.

capture 1

capture 1

 

capture 2 arus permukaan per fasa

capture 2 arus permukaan per fasa

Karena antena menghadap ke depan, apabila perubahan arah arus permukaan searah jarum jam maka dapat disimpulkan bahwa antenna tersebut termasuk polarisasi sirkuler LHCP, dan sebaliknya apabila arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka polarisasi sirkuler termasuk RHCP. Di gambar diatas dapat dilihat bahwa arah perubahan vektor bersesuaian dengan arah putar jarum jam sehingga dapat disimpulkan polarisasi antenna yang dirancang adalah jenis LHCP.

Cara kedua adalah dengan membandingkan farfield komponen left polarization dengan right polarization pada antena dengan tipe axes polarisasi sirkular masing-masing pada frekuensi tengah.

hakkk

 

Sedangkan cara membuat RHCP dari LHCP cukup dengan melakukan mirror dari antena kita.

hakk2

 

Sumber : Buku TA temen dan pengalaman pribadi.

Polarisasi Linear VS Polarisasi Sirkuler

Jika Anda memperhatikan daftar satelit, Anda mungkin akan mendapatkan bahwa mayoritas transponder Ku-band beroperasi dengan polarisasi linear (vertikal atau horizontal) sedangkan mayoritas transponder C-band – dengan polarisasi sirkuler. Apakah ada alasannya atau ada seseorang yang memulai cara ini dan yang lainnya mengikuti?

Ya, ada. Namun sebelum kami coba untuk menjelaskannya, terlebih dahulu akan disampaikan tentang polarisasi secara umum. Gelombang Elektromagnetik merupakan kombinasi medan elektrik dan magnetik yang selalu muncul secara silmultan. Vektor medan elektrik tegak lurus terhadap vektor medan magnetis dan keduanya tegak lurus terhadap arah perjalanan gelombang.

Jika tidak terdapat perputaran fase antara vektor elektris dan vektor magnetis, kita mendapat polarisasi linear. Kita menyebut polarisasi vertikal atau horizontal bergantung pada orientasi vektor elektris terhadap garis khatulistiwa.

Polarisasi Linear dan Sirkuler

Gambar 1

Jika terdapat perputaran ±90°, kita mendapatkan polarisasi sirkuler. Perputaran 90° (positif atau negatif) berarti bahwa ketika medan elektris mencapai maksimum, maka medan magnetis sama dengan nol dan sebaliknya.

Dapat dilihat di Gambar 1. Secara teori, jika mempunyai nilai lain untuk perputaran fase (baik 0/180° maupun ±90°), kita mendapatkan polarisasi eliptikal, namun ini tidak digunakan dalam transmisi satelit sehingga kita tidak akan membahasnya di sini. Bergantung pada tanda sebelum 90°, kita mendapatkan polarisasi sirkuler kanan (RHCP) atau polarisasi sirkuler kiri (LHCP).

Sekarang, umumnya lebih mudah membuat LNBF yang berkinerja baik untuk sinyal polarisasi linear daripada untuk sirkuler. Itulah sebabnya mayoritas LNBF Ku-band menggunakan polarisasi linear.

Salah satu kekurangan yang diketahui pada polarisasi linear adalah perlunya mengatur kemiringan (skew) LNBF bergantung pada lokasi geografis Anda. Hal ini tidak diperlukan untuk sinyal polarisasi sirkuler – Anda hanya memasang LNBF di titik fokus piringan dan selesai.

Kekurangan lain yang kurang diketahui tapi mungkin faktor yang lebih penting adalah kepekaan sinyal polarisasi linear terhadap rotasi Farraday yang disebabkan oleh medan magnetik bumi. Rotasi vektor EM tidak berpengaruh pada sinyal polarisasi sirkuler. Pengaruh Faraday menurun drastis terhadap frekuensi dan secara praktis diabaikan untuk Ku-band tetapi tidak untuk C-band! Itulah sebabnya, penggunaan polarisasi linear pada C-band lebih beresiko. Hal ini mungkin lebih penting ketika kita perlu mencakup wilayah yang dekat dengan medan magnetik bumi.

Penyedia layanan menetapkan areal yang akan dicakupi. Jika areal tersebut mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami cuaca buruk (hujan, salju) atau berlokasi di garis lintang yang tinggi (yang berarti jarak yang jauh menembus awan), mereka akan memilih C-band. Seperti yang Anda ketahui, C-band kurang peka terhadap kondisi cuaca buruk daripada Ku-band. Karena C-band peka terhadap pengaruh Faraday, polarisasi sirkuler merupakan pilihan yang lebih baik.

Namun jika lokasi terletak di tengah garis lintang dan ukuran piringan merupakan perhatian utama (seperti kota-kota besar di Eropa), Ku-band akan menjadi pilihan. Karena tidak perlu khawatir terhadap pengaruh Faraday di sini, polarisasi linear akan membuat lebih mudah untuk menyediakan LNBF yang berkinerja tinggi.

Sehingga, seperti yang dapat dilihat, terdapat alasan di balik pilihan polarisasi ini atau itu. Hal ini selalu mengenai kepastian penerimaan yang paling baik.

Source : Majalah Tele Satelit Internasional. Edisi 26 tahun 2006. Oleh Peter Miller

© 2024 MFR's blog

Theme by Anders NorenUp ↑